10 Patung di Jakarta yang Kaya Makna dan Sejarah
Jakarta tidak hanya menjadi pusat politik dan ekonomi saja, tetapi juga dinilai sebagai tempat yang kaya akan seni dan warisan budaya. Salah satu bentuk ekspresi seni yang dimaksud adalah melalui ragam patung yang tersebar di berbagai penjuru kota. Deretan patung monumental ini menyimpan keterkaitan akan peristiwa sejarah yang begitu dikenang, termasuk menjadi simbol perjuangan kemerdekaan Indonesia di masa lampau. Nah, apa saja patung di Jakarta yang perlu untuk kamu ketahui? Simak rangkumannya berikut ini.
10 Patung di Jakarta
1. Monumen Pembebasan Irian Barat
Patung di Jakarta ini didirikan untuk mengenang dan memperingati peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, yaitu pembebasan Irian Barat (yang sekarang adalah Papua) ke dalam wilayah Indonesia pada 1962 dari jeratan kolonialisme Belanda. Proyek pembangunan monumen selesai dalam kurun waktu satu tahun, dan pada tanggal 17 Agustus 1963, Presiden Soekarno secara resmi meresmikannya. Patung Pembebasan Irian Barat dibuat dari bahan perunggu dan dipahat oleh Tim Pematung dari Keluarga Area Yogyakarta yang dipimpin oleh maestro Edhi Sunarso.
Monumen yang menjulang tinggi hingga mencapai ±35 meter ini menjadi ikon dari Taman Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Taman Lapangan Banteng sendiri adalah salah satu taman yang terletak di jantung kota dan kerap dijadikan sebagai tempat wisata malam Jakarta. Patung tersebut menggambarkan seorang pria yang berdiri tegak dengan tubuh tanpa busana pada bagian atas, dengan kedua kakinya yang terbuka lebar, dan tangan teracung ke atas untuk memutuskan sebuah rantai. Ekspresi wajah dengan mulut yang terbuka lebar memberikan kesan seolah-olah ia sedang meneriakkan kata "merdeka".
2. Patung Dirgantara
Patung Dirgantara, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Patung Pancoran, merupakan sebuah patung di Jakarta yang memiliki nilai historis tersendiri, yaitu mewakili visi dan semangat bangsa Indonesia dalam memajukan teknologi penerbangan dan industri dirgantara di mata internasional. Patung ini dibangun pada periode 1964-1966 atas prakarsa Presiden Soekarno dengan bantuan tangan dingin Edhi Sunarso yang merupakan seorang pematung terkemuka di Indonesia. Sementara untuk proses pengecoran patung dilakukan oleh Artistik Dekoratif Yogyakarta yang berada di bawah kepemimpinan I Gardono.
Dengan wajah patung yang menyerupai sang seniman, Edhi Sunarso, patung ini laksana menjadi simbol kegigihan dan prestasi Indonesia. Tangan patung yang menunjuk ke arah utara, di mana Bandar Udara Internasional Kemayoran masih beroperasi pada masa itu pun semakin mempertegas makna simbolisnya. Patung Dirgantara terbuat dari perunggu dan memiliki tinggi sekitar 11 meter, dengan total tinggi termasuk pondasi mencapai sekitar 27 meter. Lokasi Patung Dirgantara terletak strategis di tengah persimpangan jalan besar di Pancoran, Jakarta Selatan, yang sekaligus menjadi penanda penting dalam lalu lintas sehari-hari masyarakat.
3. Tugu Tani
Patung Pahlawan atau yang sering disebut dengan Tugu Tani merupakan sebuah landmark peninggalan bersejarah yang berlokasi di Jalan Menteng Raya dan dekat dengan kawasan Monumen Nasional atau Monas. Struktur patung di Jakarta ini menggambarkan sosok petani laki-laki berpakaian tradisional, lengkap dengan topi caping dan senjata bedil di tangan, kemudian di sebelahnya terdapat figur seorang petani perempuan yang mengenakan kebaya dan sedang membawakan bekal untuk sang petani pria sebagai simbol dukungan.
Keberadaan Tugu Tani dibangun sebagai lambang penghormatan kepada para pahlawan, sesuai dengan gagasan Ir. Soekarno yang ingin mengabadikan semangat perjuangan bangsa Indonesia. Mulanya, inspirasi untuk membangun patung ini berasal dari kunjungan Ir. Soekarno ke Moskow, Rusia, di mana ia merasa terkesan dengan patung-patung yang ia lihat di sana. Tugu Tani kemudian mulai dibangun pada tahun 1963 oleh pematung Rusia bernama Matvey Manizer dan putranya, Ossip Manizer, sebagai hadiah persahabatan dari Uni Soviet kepada Indonesia.
4. Patung Kuda Arjuna Wijaya
Di persimpangan Jalan MH. Thamrin dan Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat, ada sebuah tugu bernama Patung Kuda Arjuna Wijaya. Patung ini dirancang pada tahun 1987 oleh seorang pematung terkenal asal Tabanan, Bali, I Nyoman Nuarta, dan berkolaborasi dengan 40 seniman lainnya. Nyoman Nuarta berkata, ide pembangunan patung Arjuna Wijaya muncul setelah Presiden Soeharto melihat banyak monumen sejarah di Turki pada kunjungannya di tahun 1987. Menyadari bahwa Jakarta kurang memiliki monumen seperti itu, Presiden Soeharto mengusulkan pembuatan monumen yang mencerminkan filosofi Indonesia.
Patung Kuda Arjuna Wijaya menggambarkan adegan dalam kisah klasik Mahabharata, di mana terdapat dua orang tokoh pandawa, yaitu Arjuna dengan busur panah dan Batara Kresna sebagai sais di kereta perang yang ditarik oleh delapan kuda. Arjuna dengan busur panah dan Batara Kresna sebagai sais di kereta perang yang ditarik delapan kuda, melambangkan delapan filosofi kepemimpinan ‘Asta Brata’. Sementara itu, nama ‘Arjuna Wijaya’ diartikan sebagai ‘kemenangan Arjuna’ yang berhasil berperang untuk melawan kejahatan. Patung ini terbuat dari perunggu, baja, dan tembaha, dengan biaya sekitar Rp300 juta.
5. Monumen Selamat Datang
Monumen Selamat Datang berlokasi tepat di tengah Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat. Presiden Soekarno menginisiasikan pembangunan tugu ini dalam rangka persiapan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games IV pada tahun 1962. Tujuannya adalah untuk menyambut para atlet dan tamu undangan dari berbagai negara yang akan bertandang ke Jakarta kala itu. Monumen ini menampilkan dua orang figur, yaitu seorang pemuda dan pemudi yang sedang menyampaikan ucapan selamat datang dengan tangan terbuka. Sementara sang pemudi terlihat memegang rangkaian bunga di tangannya, yang melambangkan sebuah penyambutan.
Tugu Selamat Datang diposisikan di depan Hotel Indonesia, lantaran saat itu para delegasi yang tiba di Jakarta diberikan tempat penginapan di hotel tersebut selama mereka berkompetisi di komplek olahraga Ikada, yang sekarang sudah dikenal sebagai kompleks Gelora Bung Karno, Senayan. Tim pematung Keluarga Arca di bawah arahan Edhi Sunarso bertanggung jawab atas pembuatan patung ini. Monumen Selamat Datang dibuat dari material perunggu dengan tinggi sekitar 5 meter dari kepala hingga kaki, sementara tinggi keseluruhannya kurang lebih sekitar 7 meter dari kaki hingga tangan yang melambai.
6. Patung Jenderal Sudirman
Patung di Jakarta selanjutnya yang tak kalah ikonik adalah Patung Jenderal Sudirman. Monumen ini berlokasi di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat yang telah diresmikan sejak tahun 2003. Jenderal Sudirman sebagai Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia pertama, memegang peran kunci dalam perjuangan pembebasan Indonesia melawan penjajah di masa lampau, dan patung ini berfungsi sebagai pengingat akan keberanian dan kesetiaannya terhadap kemerdekaan serta kehormatan bangsa yang tidak tergoyahkan.
Dibuat oleh seniman Edi Sunaryo asal Bandung, Jawa Barat, patung ini didanai oleh keluarga dan disumbangkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sekitar tahun 2003-2004 pada masa kepemimpinan Gubernur Sutiyoso. Patung Jenderal Sudirman digambarkan dengan tangan kanan menghormat dan tangan kiri memegang tongkat komando. Posisi ini melambangkan bahwa Jenderal Sudirman ingin menghormati rakyat, bukan untuk menerima penghormatan.
7. Patung Diponegoro
Berlokasi tepat di seberang salah satu taman di Jakarta, yaitu Taman Suropati, berdiri sebuah Patung Diponegoro yang terletak di tengah taman tematik berukuran kecil dan dikelilingi oleh bunga warna-warni. Patung bermaterial tembaga hasil mahakarya Edhi Sunarso ini dibuat sebagai bentuk penghormatan kepada Pangeran Diponegoro. Patung pahlawan yang digambarkan dengan kuda jingkrak, di mana kedua kakinya terangkat memiliki filosofi bahwa pahlawan tersebut telah gugur dalam pererangan.
Walaupun hanya menggunakan tombak sebagai senjata, Pangeran Diponegoro berhasil membuat Belanda kesulitan melalui strategi serangan gerilya yang cukup mendadak dan tersembunyi. Perang Diponegoro yang berlangsung dari tahun 1825 hingga 1830 merupakan konflik paling mahal selama masa penjajahan Belanda. Perang ini memaksa Belanda mengeluarkan biaya sebesar 800 juta Gulden.
8. Tugu Proklamasi
Tugu Proklamasi didirikan untuk memperingati proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang dibacakan oleh Soekarno dan Hatta pada 17 Agustus 1945. Lokasinya berada di dalam kompleks Taman Proklamasi, yaitu di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat. Dua buah patung Soekarno-Hatta berdiri secara berdampingan yang menggambarkan momentum ketika keduanya sedang membacakan teks proklamasi, yang sekaligus menjadi penanda kemerdekaan Indonesia. Tugu Proklamasi diresmikan pertama kali pada 17 Agustus 1972 oleh Menteri Penerangan, Bapak Budiardjo. Selanjutnya, pada 17 Agustus 1980, barulah Presiden Soeharto meresmikan tugu ini.
Kompleks Taman Proklamasi dulunya adalah halaman depan rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Di tempat inilah teks proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan untuk pertama kalinya. Kini rumah itu sudah tidak ada lagi, namun lokasi bersejarah tersebut dijadikan taman yang kemudian dibangun Tugu Proklamasi. Monumen Proklamator Soekarno-Hatta dibuat dengan ketinggian 4,3 meter menggunakan material perunggu.
9. Patung Pemuda Membangun
Patung Pemuda Membangun menjadi salah satu patung di Jakarta yang punya banyak nilai sejarah, mungkin juga sudah tidak asing lagi lantaran kerap kamu temukan saat melintasi kawasan Bundaran Senayan. Patung ini mulai dibuat pada Juli 1971 di bawah komando seniman Imam Supardi dan Munir Pamuncak sebagai penanggung jawab kala itu, kemudian diresmikan bulan Maret 1972.
Memiliki tinggi hingga 24,9 meter, Patung Pemuda Membangun menggambarkan seorang pemuda gagah yang sedang memegang obor berapi abadi, melambangkan semangat pembangunan yang tak pernah padam. Tugu ini terbuat dari campuran beton bertulang baja dan semen, serta dilapisi dengan teraso pada bagian luarnya. Pembuatan Patung Pemuda Membangun bertujuan untuk memotivasi semangat membangun bangsa yang perlu digerakkan oleh para pemuda atau mereka yang berjiwa muda.
10. Patung MH Thamrin
Daftar Patung di Jakarta terakhir yang perlu kamu ketahui adalah Patung Mohammad Hoesni Thamrin yang berdiri tegak di wilayah Silang Monas. Patung MH Thamrin yang berlapis perunggu ini menjadi salah satu masterpiece unggulan dari pematung Ketut Winata. Dengan ketinggian 2 meter, patung ini diresmikan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, pada 3 Juni 2012 dalam rangka merayakan ulang tahun Kota Jakarta yang ke-485.
Terlihat figur M.H. Thamrin berdiri dengan mengenakan peci, sambil memegang gulungan kertas di tangan kanannya. Patung Mohammad Hoesni Thamrin dibangun sebagai bentuk penghormatan kepada M.H. Thamrin, seorang tokoh asli Betawi yang menjadi pemimpin dalam gerakan politik pembaharuan di Indonesia. Thamrin sangat berperan dalam memperjuangkan kepentingan bangsa Indonesia di berbagai forum politik, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Setiap patung di Jakarta tidak hanya berfungsi sebagai landmark fisik, tetapi juga menyimpan keindahan dan makna yang mendalam. Nah, untuk kamu yang sedang mencari kost eksklusif dengan jaminan rasa aman, nyaman, dan didukung oleh fasilitas terlengkap, kamu bisa mengunjungi tautan kost di Jakarta untuk menelusuri ragam properti Cove yang tersebar di seluruh wilayah Jakarta. Yuk, lakukan booking sekarang juga!