5 Suku di Bali, Ciri Khas dan Perbedaannya

5 Suku di Bali, Ciri Khas dan Perbedaannya
Suku di Bali, photo by kompas.com

Bali dikenal sebagai tempat yang memiliki kekayaan budaya dan adat-istiadat yang khas. Masyarakat Bali tetap menjaga kelestarian adat-istiadat mereka secara turun-temurun. Meskipun zaman sudah semakin modern, tetapi kalau kita berkunjung ke Bali, kemajuan teknologi tidak melunturkan kebudayaan mereka.

Itulah yang menjadi salah satu daya  bagi para wisatawan untuk liburan di Bali, baik lokal maupun mancanegara. Masyarakat Bali ini pun terdiri dari berbagai kelompok suku yang berbeda. Jika diperhatikan, perbedaan itu akan cukup terlihat dengan jelas. Apa saja kelompok suku yang ada di Bali? Ini dia 5 suku di Bali beserta ciri khasnya masing-masing. Baca artikelnya sampai selesai ya!

Suku Bali Aga

Suku Bali Aga, photo by travel.kompas.com

Di kawasan pegunungan Bali, khususnya di wilayah pegunungan Kintamani, Kabupaten Bangli, ada Suku Aga yang sudah hidup sejak zaman dulu. Mereka menyebut dirinya sebagai penduduk Bali yang asli. Suku Bali Aga ini tinggal di lingkungan pedalaman dan mendiami Desa Tenganan dan Desa Trunyan.

Masyarakat suku Bali Aga masih hidup dengan agak terisolasi karena berada di pedalaman. Mereka juga masih sangat menjunjung tinggi adat istiadat dan ritual-ritual setempat warisan dari nenek moyang.

Ciri khas dari masyarakat Suku Aga adalah bahasa Bali, namun dengan dialek yang khas. Dialek ini pun akan berbeda di antara sesama kelompok Suku Aga. Misalnya bahasa Bali Aga yang dipakai masyarakat Tenganan sangat berbeda dengan bahasa Bali Aga yang dipakai masyarakat Trunyan.

Masyarakat Bali Aga pun tidak memperbolehkan terjalin ikatan pernikahan dengan orang di luar desanya. Hal ini bertujuan untuk menjaga kelestarian budaya mereka. Jika itu sampai terjadi, maka orang itu harus keluar dari desa dan tidak akan mendapatkan hak-hak keluarga lagi. Perkawinan antar keluarga pun diperbolehkan dengan batas silsilah empat generasi.

Namun bukan berarti masyarakat Suku Aga tidak menerima kedatangan dari luar desanya. Mereka sangat terbuka dan membolehkan wisatawan untuk berkunjung. Kalau kamu ingin melihat kehidupan mereka, bisa datang ke Desa Trunyan atau Desa Tenganan. Dua desa ini memang sudah terkenal menjadi salah satu tempat liburan di Bali yang menarik. Pastikan untuk selalu menghormati adat istiadat dan kebudayaan mereka, ya.

Suku Bali Majapahit

Suku Bali Majapahit, photo by goodnewsfromindonesia.id

Selanjutnya, ada Suku Bali Majapahit yang juga banyak mendiami Pulau Dewata ini. Nenek moyang mereka dikenal berasal dari pendatang Jawa atau keturunan Majapahit yang menetap di Bali. Adanya suku Bali Majapahit adalah bentuk dari kekuasaan kerajaan Majapahit yang zaman dulu memiliki kekuasaan. Suku Majapahit mempersatukan masyarakat keturunan Majapahit di Bali. Mereka tinggal di wilayah dataran rendah. Kebanyakan mereka memiliki mata pencaharian sebagai petani.

Ciri khas dari Suku Majapahit adalah agama yang dianut mereka beraliran Hindu Jawa. Selain itu, bangunan tempat ibadah mereka memiliki corak yang mirip dengan bangunan ibadah di Pulau Jawa. Diyakini bahwa Suku Majapahit ini juga yang membawa pengaruh besar terhadap agama Hindu di Bali.

Suku Nyama Selam

Suku Nyama Selam, photo by tambahpinter.com

Salah satu suku asli penghuni Pulau Bali selanjutnya adalah Suku Nyama Selam. Nama Nyama Selam sendiri berasal dari kata "Nnyama" yang artinya "saudara" dan "Selam" yang artinya "Islam". Artinya, ciri khas dari masyarakat Suku Nyama Selam menganut agama Islam.

Meskipun begitu, mereka juga tetap menjalani tradisi dan adat-istiadat Bali dalam kehidupan sehari-hari, lho! Suku Nyama Selam juga hidup rukun dan berdampingan dengan mayoritas Masyarakat Bali yang beragama Hindu. Bukti bahwa toleransi di Bali sangat terjaga dengan baik.

Suku Nyama Selam banyak tinggal di Desa Pegayaman, Kabupaten Buleleng. Wilayah ini memang sejak zaman dulu sudah dihuni oleh Komunitas Muslim. Di sini kamu bisa merasakan campuran kebudayaan antara Bali, Jawa, dan Bugis.

Sebenarnya, hampir tidak ada bedanya antara Suku Nyama Selam dengan Suku Bali. Hal yang membedakan hanya dari agama dan kepercayaan yang dianut. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka hampir sama. Bahkan sistem pemberian nama khas Bali pun diterapkan juga oleh Suku Nyama Selam, dengan menambahkan nama lokal seperti Kadek, Putu, dan lainnya.

Akulturasi budaya Hindu dan Islam juga terlihat dari kesenian yang dimiliki SUku Nyama Selam. Misalnya tari rudat, sebuah tarian bernuansa Bali yang dikombinasikan dengan budaya Timur Tengah. Alat musik yang dipakai untuk mengiringinya adalah rebana. Bahasa sehari-hari yang dipakai mereka adalah bahasa Bali.

Salah satu hal yang menjadi ciri khas unik dari Suku Nyama Selam adalah adanya tradisi Ngejot, yaitu tradisi untuk saling berbagi makanan dan membantu ketika hari raya. Ngejot ini dilakukan ketika hari raya Idulfitri. Setelah tradisi Ngejot, biasanya disusul dengan tradisi Megibung, yaitu makan bergaya banjar. Orang-orang akan menikmati santapan makanan dalam satu wadah bersama-sama. Megibung biasanya dilakukan di masjid-masjid. Megibung dilakukan ketika hari besar keagamaan atau bulan Ramadan. Tradisi megibung ini pun tidak hanya untuk masyarakat umat Islam, tetapi umat Hindu dan para pendatang pun bisa ikut makan bersama.

Suku Sasak

Suku Sasak, photo by tambahpinter.com

Sebenarnya, Suku Sasak adalah suku bangsa yang sebagian besar menghuni pulau Lombok. Namun ada sebagian kecil yang juga menghuni pulau Bali. Sebagian suku Sasak menganut agama Islam, lalu sisanya menganut kepercayaan pra-Islam atau dikenal dengan istilah Sasak Boda. Biasanya, keseharian masyarakat Suku SAsak memakai bahasa Sasak untuk berkomunikasi.

Salah satu tradisi yang menjadi ciri khas masyarakat Suku Sasak adalah tradisi mararik atau pelarian pada pernikahan. Ada tradisi ketika sepasang pria dan wanita menikah, pengantin wanita akan dilarikan ke rumah calon mempelai pria.

Dalam tradisi ini, sang wanita tidak perlu memberitahu orang tuanya. Namun tentu ada aturannya. Orang tua sang wanita sebelumnya harus sudah tahu bahwa anak mereka akan menikah. Dibawanya ke rumah mempelai pria pun harus diketahui oleh pihak keluarga. Lalu pihak pria akan mengirimkan utusan kepada keluarga wanita untuk memberitahu bahwa sang wanita dicuri dan disembunyikan di suatu tempat.

Sampai saat ini, tradisi mararik masih dilestarikan oleh masyarakat Suku Sasak. Tujuannya adalah menghindari hal yang tidak diinginkan, seperti tidak direstui oleh keluarga sang gadis atau keterbatasan materi.

Suku Bali

Suku Bali, photo by tribunnewswiki.com

Terakhir, ada kelompok masyarakat yang paling banyak menghuni pulau Bali, yaitu Suku Bali. Mereka kerap menyebut dirinya dengan istilah Wong Bali, Anak Bali, atau Krama Bali. Masyarakatnya dikenal memiliki kebudayaan yang sangat beragam.

Berbagai kesenian dan budaya pun sangat banyak dan menjadi ciri khas tersendiri bagi mereka. Mulai dari seni tari, pertunjukan, seni ukir, hingga berbagai ritual dan upacara keagamaan. Kekayaan budaya inilah yang akhirnya menarik para wisatawan untuk datang ke Bali.

Beberapa contoh upacara adat yang sering dilakukan oleh Suku Bali mulai dari metatah, ngaben, upacara melasti, pidolan, dan masih banyak lagi. Setiap upacara adat selalu kental akan musiknya yang khas dengan memakai gamelan dan alat musik vital Bali lainnya.

Ciri khas dari Suku Bali adalah mayoritas masyarakatnya menganut agama Hindu Siwa. Mereka juga memakai bahasa Bali untuk berkomunikasi sehari-hari. Kebanyakan dari Suku Bali memiliki mata pencaharian sebagai pekerja seni. Keseharian mereka tidak lepas dari membuat karya seni, seperti menari, melukis, menyanyi, membuat ukiran, hingga bermain lakon. Mereka juga sangat menghargai kebudayaan dan kelestarian alam.

Nah, itulah 5 suku di Bali yang bisa kamu temukan ketika liburan ke Bali. Setiap suku di Bali memang memiliki perbedaan dan ciri khasnya masing-masing. Namun mereka bisa hidup rukun dan berdampingan. Inilah yang menjadikan Bali menjadi tempat yang harmonis dan menenangkan. Bali juga menjadi tempat wisata budaya yang sangat direkomendasikan.