7 Masjid di Bandung yang Unik dan Wajib Dikunjungi
Bandung tidak hanya melulu tentang cafe Instagramable atau bar hingga kebun binatang, melainkan, kota ini juga punya beberapa masjid yang bisa kamu kunjungi sebagai wisata religi. Masjid-masjid ini memiliki interior dan desain yang unik dengan filosofinya tersendiri. Ada apa saja?
Masjid Raya Bandung
Masjid Raya Bandung, yang sebelumnya dikenal dengan nama Masjid Agung Bandung, merupakan sebuah bangunan ibadah yang terletak di Kota Bandung, Jawa Barat. Berfungsi sebagai masjid provinsi untuk Jawa Barat, masjid ini awalnya dibangun pada tahun 1810. Selama abad ke-19, masjid ini mengalami delapan kali renovasi, dan kemudian mengalami lima kali perubahan pada abad ke-20. Pada tahun 2001, masjid ini direnovasi kembali dan diresmikan sebagai Masjid Raya Bandung pada tanggal 4 Juni 2003 oleh Gubernur Jawa Barat saat itu, H.R. Nuriana. Bangunan baru ini, dengan arsitektur bergaya Arab, menggantikan Masjid Agung lama yang memiliki ciri khas Sunda.
Saat ini, Masjid Raya Bandung memiliki dua menara kembar setinggi 81 meter di sisi kiri dan kanan masjid, yang selalu terbuka untuk umum pada hari Sabtu dan Minggu. Atap masjid telah diganti dari atap joglo menjadi satu kubah besar di atap tengah dan kubah yang lebih kecil di sisi kiri dan kanan masjid. Dinding masjid dibangun menggunakan batu alam berkualitas tinggi, dengan luas total tanah masjid adalah 23.448 m² yang dapat menampung sekitar 13.000 jamaah.
Oh ya, halaman masjid ini ditumbuhi rumput sintetis, memberikan sentuhan Instagramable. Terdapat beberapa tempat wisata di sekitar masjid ini yang dapat dicapai dengan berjalan kaki, termasuk Museum Konferensi Asia Afrika dan Sudirman Street Food.
Masjid Raya Al Jabbar
Masjid Al Jabbar, yang diresmikan pada bulan Desember 2022, merupakan salah satu masjid baru di Bandung dengan desain eksterior dan interior yang sangat megah. Lokasinya terletak di Jl. Cimincrang No.14, Cimenerang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat, dan sering disebut sebagai 'Masjid Terapung'.
Masjid ini dibangun di atas lahan seluas sekitar 25 hektar dan mampu menampung sekitar 30.000 orang, dengan pembagian kapasitas mencapai 10.000 orang di dalam ruangan (indoor) dan 20.000 orang di area plaza.
Masjid Al Jabbar juga menawarkan Galeri Rasulullah SAW, tempat di mana pengunjung dapat menyaksikan sejumlah diorama yang menggambarkan kehidupan sosial masyarakat Timur Tengah pada masa syiar Islam. Keunikan lainnya, sebagian besar informasi dapat diakses dengan mudah melalui layar sentuh, menggabungkan teknologi visual dan pencahayaan yang menarik perhatian.
Masjid Lautze 2
Masjid Lautze 2 terletak di area perdagangan, sehingga pada pandangan awal mungkin tidak terlihat seperti masjid konvensional. Dibangun pada bulan Januari 1997 oleh H. Ali Karim, seorang Muslim keturunan Tionghoa dan putra Abdul Karim Oei Tjeng Hien, masjid ini menjadi yang tertua di antara masjid-masjid yang dibangun oleh masyarakat Tionghoa Muslim di Kota Bandung. Uniknya, tidak seperti masjid pada umumnya yang memiliki kubah, masjid ini memiliki sentuhan oriental seperti kuil karena pemiliknya yang keturunan Tionghoa.
Pemberian nama "Masjid Lautze" berasal dari nama jalan di Jakarta yang menjadi lokasi kantor pusat YHKO, yaitu Jalan Lautze 87-89 Pasar Baru, Jakarta Pusat. Dikarenakan awal pembangunannya berlokasi di Jakarta, masjid ini di Bandung diberi nama Masjid Lautze nomor 2 untuk membedakannya dengan yang berada di Jakarta. Masjid Lautze juga berfungsi sebagai pusat informasi Islam bagi komunitas Tionghoa, baik mereka yang sudah memeluk agama Islam maupun yang sedang mempelajari agama ini.
Masjid Agung Trans Studio Bandung
Masjid Agung Trans Studio Bandung mengambil inspirasi desainnya dari Masjid Nabawi di Madinah, menampilkan dominasi warna coklat, putih, dan emas. Dengan luas bangunan sekitar 1800m2 yang terdiri dari dua lantai, yaitu lantai dasar dan mezzanine, masjid ini dapat menampung hingga 1500–2000 jamaah. Di bagian bawah, terdapat Ballroom IBIS hotel Trans Studio Bandung dengan luas area 1200m2 yang dapat digunakan untuk berbagai acara, seperti resepsi, pertemuan, dan buka puasa bersama. Secara eksterior, terlihat marmer putih dan granit coklat, abu-abu, dan hitam, terutama pada lengkungan setiap jendela yang menyerupai Masjid Nabawi. Bahkan, untuk pembuatannya, mereka menggunakan marmer putih dengan kualitas yang setara dengan yang digunakan di Masjid Nabawi.
Masjid ini memiliki lima kubah berwarna perak dan emas, dengan kubah terbesar berwarna emas dan dilapisi dengan lapisan emas murni yang kemudian ditutupi dengan kaca mozaik. Bagian puncak kubah atau makara dibuat dari kuningan yang dilapisi dengan emas murni. Di dalam kubah masjid, terdapat hiasan kaligrafi ayat Al-Quran. Kesan keemasan juga terasa kuat di dalam masjid, terutama di bagian depan, termasuk area mimbar serta sisi kanan dan kiri mimbar yang dihiasi dengan Asmaul Husna berwarna emas. Lampu gantung berwarna emas dengan tiga tingkatan dan berat 2,8 ton juga menambah keindahan dan kemegahan masjid.
Masjid Al Imtizaj
Masjid Al Imtizaj, dengan kapasitas untuk 200 orang, diresmikan pada tanggal 6 Agustus 2010 sebagai bagian dari inisiatif mantan Gubernur Jawa Barat, Raden Nana Nuriana. Keinginan ini muncul dari dorongan untuk menggabungkan seni masjid dengan unsur budaya Tionghoa, serta untuk memperkaya harmoni etnis antara komunitas Tionghoa Islam dan umat Islam lainnya.
Ir. Danny Swardhani MBA memimpin pembangunan masjid ini, yang sudah dikenal sebagai arsitek yang banyak berkontribusi dalam membangun masjid, termasuk Masjid Atta’awun di Puncak, Bogor. Nama "Al Imtizaj" sendiri memiliki makna pembauran atau dalam bahasa Tionghoa disebut Ronghe. Hal ini sejalan dengan konteks saat itu, di mana beberapa komunitas Muslim Tionghoa mulai terbentuk di Bandung, seperti Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Keluarga Persaudaraan Islam (KPI), dan Yayasan Ukhuwah Mualaf Indonesia (YUMI). Komunitas-komunitas tersebut kemudian bersatu dalam organisasi Ikatan Persaudaraan Tionghoa Islam (IPTI).
Masjid Al-Mutazzam
Masjid Al-Multazam terletak di dalam Perumahan Cherry Field, berada di Jalan Ciganitri, Desa Lengkong, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung.
Total luas tanah masjid ini mencapai sekitar 5000 m2, dengan bangunan seluas 24 X 24 m2. Di sebelah masjid, dibangun bangunan dua lantai berukuran 13 X 27 m2, yang berfungsi sebagai gedung serbaguna, ruang PAUD, TK, dan DKM.
Desain langsung Masjid Al-Mutazzam berasal dari Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Oleh karena itu, bangunan masjid ini memiliki desain unik berbentuk kubus.
Dinding masjid dilengkapi dengan lafaz hamdalah, dan terdapat celah udara yang memungkinkan angin masuk ke dalam masjid, memberikan kesegaran hati dan pikiran ketika menjalankan ibadah.
Masjid Al Irsyad
Masjid Al Irsyad, yang terletak di kawasan perumahan Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Bandung, Jawa Barat, merupakan salah satu masjid yang memiliki ciri khas unik. Pembangunan Masjid Al Irsyad dimulai pada tahun 2009 dan selesai setahun kemudian pada 2010.
Bentuk masjid ini pada pandangan pertama terlihat seperti kubus besar, menyerupai bangunan Kabah di Arab Saudi. Menurut arsiteknya, kubah hanyalah bagian dari identitas budaya, sehingga ia lebih memilih untuk mengekspresikan identitas keislaman melalui kalimat syahadat yang disusun dari bata pembentuk dinding masjid.
Konsep ini menciptakan garis-garis hitam di sepanjang dinding masjid. Dengan teliti, kisi-kisi dinding yang terdiri dari susunan bata berlubang ini membentuk dua kalimat syahadat dalam huruf Arab. Pendekatan ini mengubah struktur bangunan menjadi sebuah karya seni kaligrafi tiga dimensi dengan skala yang sangat besar.
Selain sebagai elemen estetis, kisi-kisi tersebut berfungsi sebagai sumber pencahayaan yang dapat disesuaikan dan bersifat artistik. Pada siang hari, cahaya matahari memasuki ruang dalam masjid, membentuk dua kalimat syahadat seperti elemen digital. Pada malam hari, cahaya dari dalam masjid menciptakan kaligrafi syahadat yang bersinar.
Tidak mengherankan bahwa pada tahun 2010, National Frame Building Association memilih Masjid Al-Irsyad sebagai salah satu dari lima besar "Building of The Year 2010" dalam kategori arsitektur religius. Keberlanjutan konsep bangunannya juga diakui dengan penghargaan FuturArc Green Leadership Award 2011 dari Building Construction Information (BCI) Asia. Dengan inovasinya yang mencerminkan seni bangunan kontemporer, masjid ini berhasil menembus batasan tradisi bentuk masjid.
Waah, banyak banget ya masjid indah dan megah di Kota Bandung! Bisa banget nih jadi referensi tempat wisata ketika kamu berlibur ke Bandung, jadi nggak hanya pergi ke mall atau wisata kuliner saja. Untuk pergi ke Bandung, kamu bisa roadtrip menggunakan mobil atau naik kereta cepat, ya!