Stres Kerja? Ini Cara Mengatasi Burnout untuk Seimbangkan Hidup dan Kerja
Burnout terkadang menjadi kondisi yang sulit dijelaskan, karena ini bukan termasuk kondisi medis. Menurut Susan M. Wilson, peneliti dari American Psychological Association (APA), burnout merupakan kondisi kelelahan fisik, emosional atau mental, yang disertai dengan penurunan motivasi, kinerja, dan sikap negatif terhadap diri sendiri dan orang lain. Untuk itu, setiap orang wajib tau cara mengatasi burnout ini.
Seringkali banyak orang tidak menyadari dia sedang mengalami burnout karena setiap orang memiliki gejala yang berbeda-beda. Misalnya merasa terus kelelahan dan lambat dalam bekerja, stres dan cepat marah atau frustasi dengan pekerjaan, hingga merasa pekerjaan sederhana sulit untuk dilakukan.
Nah, untuk tau apakah kamu sedang mengalami burnout beserta cara mengatasinya, yuk baca artikel ini sampai habis!
Apa Itu Burnout?
Burnout adalah keadaan fisik, emosional, dan mental yang muncul ketika seseorang mengalami stres kronis yang berlebihan dalam pekerjaan atau aktivitas sehari-hari. Orang yang mengalami burnout biasanya merasa sangat kelelahan, kehilangan motivasi, dan merasa putus asa dalam menjalani tugas-tugas mereka.
Burnout dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih umum dialami oleh seseorang yang terus-menerus menghadapi tekanan pekerjaan yang tinggi, kurangnya dukungan, atau kurangnya kontrol atas lingkungan kerja mereka.
Jika tidak ditangani dengan baik, burnout dapat memiliki dampak negatif yang signifikan pada kesejahteraan fisik dan mental seseorang, serta kinerja mereka dalam pekerjaan atau kehidupan sehari-hari.
Siapa Saja yang Bisa Mengalami Burnout?
Meskipun burnout sering dikaitkan dengan pekerja kantoran yang mengalami tekanan kerja yang tinggi, sebenarnya kondisi ini dapat dialami oleh siapa saja, termasuk mahasiswa dan pelajar. Mahasiswa seringkali menghadapi beban akademik yang berat, seperti tugas-tugas kuliah, ujian, dan proyek-proyek penelitian yang dapat menyebabkan stres berkepanjangan. Selain itu, tekanan sosial untuk mencapai kesuksesan akademik dan persaingan yang ketat juga dapat menambah beban psikologis yang berkontribusi pada kemungkinan terjadinya burnout.
Pelajar pun tak luput dari risiko mengalami burnout, terutama tekanan yang datang dari berbagai sumber terkait aktivitas akademik yang mereka lakukan. Termasuk tuntutan nilai yang baik, kehidupan sosial, hingga ekstrakurikuler atau kegiatan di luar sekolah lainnya. Dengan beban yang terus menerus dan kurangnya dukungan sosial yang memadai, burnout pada pelajar dapat mengganggu kesehatan mental dan juga mempengaruhi prestasi akademik.
Ciri-Ciri Burnout yang Harus Kamu Ketahui
Ciri-ciri burnout seringkali dianggap sepele dan tidak disadari banyak orang. Misalnya seperti perasaan kelelahan dan stres yang berkepanjangan saat menjalani aktivitas sehari-hari. Berikut adalah beberapa ciri umum dari burnout:
1. Kehilangan Semangat dan Minat Berktivitas
Ciri-ciri burnout yang pertama adalah hilangnya minat dan semangat untuk melakukan aktivitas rutin. Memaksa diri untuk terus melakukan kegiatan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kelelahan yang berlebihan.
2. Membenci Pekerjaan
Burnout dapat menyebabkan perasaan stres dan frustasi yang berkelanjutan terhadap pekerjaan. Hal ini dapat mengakibatkan kesulitan berkonsentrasi, perasaan tidak kompeten, serta timbulnya kebencian terhadap pekerjaan yang dilakukan, yang pada akhirnya mempengaruhi performa kerja.
3. Merasa Tidak Berharga
Perasaan tidak berharga atau tidak berguna yang sering muncul juga menjadi ciri-ciri burnout yang sering kali tidak disadari. Hal ini biasanya akan memicu penurunan produktivitas dan kinerja. Untuk itu, jangan menyepelekan apa yang sedang kamu rasakan.
4. Mudah Marah
Seseorang yang mengalami burnout cenderung mudah tersinggung dan marah, terutama jika segala sesuatunya tidak sesuai dengan harapan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beban kerja yang berlebihan dan terus bertambah, serta merasa tidak mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Perasaan mudah marah ini seringkali dianggap sepele oleh kebanyakan orang. Mengingat beban kerja yang banyak adalah hal yang harus dihadapi setiap harinya.
5. Menarik Diri dari Lingkungan Sosial
Perasaan stres dan frustasi yang dialami oleh seseorang yang merasa burnout dapat membuatnya menarik diri dari interaksi sosial dengan orang-orang di sekitarnya. Mereka juga cenderung merasa enggan untuk bersosialisasi dengan rekan kerja, teman, atau keluarga.
6. Rentan terhadap Penyakit
Burnout yang berkepanjangan dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat individu rentan terhadap berbagai penyakit fisik seperti flu, sakit perut, dan masalah tidur seperti insomnia. Selain itu, burnout juga dapat berisiko menyebabkan gangguan kesehatan mental seperti depresi dan gangguan cemas. Jika kamu mengalami ciri-ciri tersebut, bisa jadi kamu sedang mengalami burnout, loh.
7. Sakit Kepala
Sakit kepala tegang adalah salah satu ciri fisik yang umum terjadi pada seseorang yang mengalami burnout. Biasanya, sakit kepala ini dirasakan di bagian dahi, belakang kepala, leher, dan bahu. Kebanyakan menganggap sakit kepala ini bukan merupakan hal yang serius dan memilih untuk meminum obat untuk meredakannya. Namun jangan salah, kamu harus memperhatikannya apakah terdapat ciri-ciri burnout lainnya yang mengikuti.
Dampak Negatif Burnout Terhadap Kesehatan Mental dan Pekerjaan
Dampak negatif burnout dapat menyerang semua aspek dalam tubuh setiap orang. Dampak yang dapat muncul meliputi:
1. Penurunan imunitas tubuh karena stres yang berkepanjangan dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan risiko terkena penyakit baik ringan maupun serius.
2. Gangguan kecemasan yang timbul dari perasaan gelisah dan tertekan akibat khawatir berlebihan terhadap kinerja dan hasil kerja yang tidak pasti.
3. Potensi terjadinya depresi karena hilangnya semangat, motivasi, dan rasa keberdayaan yang dialami oleh individu yang mengalami burnout.
4. Kelelahan kronis yang meliputi kelelahan fisik, mental, dan emosional yang tidak hilang meskipun telah beristirahat, meningkatkan risiko terkena penyakit.
5. Gangguan tidur yang dapat mengganggu kualitas istirahat dan menyebabkan ketidakmampuan untuk rileks, mempengaruhi energi dan produktivitas pada hari berikutnya.
Ternyata Isolasi Dapat Memperburuk Burnout, Loh!
Seseorang yang merasa burnout kebanyakan akan menarik diri dari lingkungan sosial dan melakukan isolasi. Padahal, hal ini justru malah aka memperburuk burnout, loh. Pasalnya, Menurut Center for Disease Control and Prevention Amerika, ketika seseorang terhubung secara sosial dan memiliki hubungan yang stabil dan mendukung, mereka lebih cenderung memiliki kesehatan mental dan fisik yang lebih baik, serta mampu mengatasi masa-masa sulit.
Nah, untuk menghindari isolasi sosial saat merasa stres, kamu bisa mengikuti tips berikut ini:
1. Bergabung dengan Komunitas
Menjadi bagian dari suatu komunitas, seperti tinggal di coliving atau bekerja di coworking space, dapat memberikan manfaat besar dalam membangun koneksi sosial dan dukungan dari orang lain. Di sini, kamu bisa bertemu dengan banyak orang baru dengan minat dan tujuan yang sama. Jadi, kamu bisa berbagi pengalaman, ide, dan mendukung satu sama lain dalam menghadapi tantangan serupa atau sekadar membahas hobi yang sama untuk menghilangkan rasa penat dan stres.
2. Menghabiskan Waktu Bersama Orang-Orang Terkasih
Menghabiskan waktu dan berkumpul bersama orang-orang terkasih juga menjadi cara mencegah dan mengatasi isolasi sosial sebagai akibat burnout yang diderita. Interaksi dengan orang-orang terdekat dapat memberikan dukungan emosional, meningkatkan rasa bahagia, dan mengurangi stres. Dengan menghabiskan waktu bersama orang-orang terkasih, seseorang dapat merasa lebih terhubung secara emosional dan sosial yang dapat membantu mencegah terjadinya burnout.
3. Melibatkan Diri dalam Kegiatan Sosial
Saat kamu merasa burnout, kamu juga bisa melibatkan diri dalam kegiatan sosial seperti volunteering di mana kamu bisa membantu membangun koneksi dengan orang lain dan merasa terhubung dengan komunitas yang lebih luas.
Melalui kegiatan volunteering, kamu bisa bertemu dengan banyak orang dengan beragam minat dan tujuan yang positif. Aktivitas sosial seperti ini dapat memberikan kepuasan tersendiri karena telah terlibat dalam kegiatan sosial sekaligus mengurangi tingkat isolasi akibat burnout.
Pentingnya Interaksi Sosial dan Memiliki Dukungan Untuk Mengatasi Burnout
Interaksi sosial dan memiliki seseorang yang selalu memberikan dukungan saat kamu merasa stres atau tertekan menjadi salah satu cara mengatasi burnout yang paling ampuh. Pasalnya, dengan memiliki dukungan dari orang-orang terkasih, kamu bisa mengembalikan lagi rasa percaya diri, self-esteem, dan mengurangi stres yang dapat memicu burnout.
Beberapa manfaat lain yang bisa kamu dapatkan ketika melakukan interaksi sosial dan memiliki dukungan di antaranya:
1. Mengurangi Stres dan Rasa Cemas
Interaksi sosial dapat membantu melepaskan hormon endorfin, oksitosin, dan serotonin yang menjadi pemicu seseorang merasa bahagia dan gembira. Ketika kamu berinteraksi dengan seseorang, terutama seseorang yang kamu kenal dengan baik, tubuhmu akan melepaskan hormon-hormon ini. Dampaknya, kamu akan mengalami peningkatan mood dan mengurangi stres serta kecemasan. Sehingga melakukan interaksi cukup ampuh menjadi cara mengatasi burnout.
2. Meningkatkan Rasa Belonging
Terhubung dengan orang lain dapat membuat rasa belonging seseorang meningkat, kamu akan merasa menjadi bagian dari suatu komunitas atau kelompok yang mendukungmu dalam kondisi apapun. Tentunya hal ini dapat meningkatkan self-esteem dan mengatasi burnout yang sedang kamu rasakan.
3. Mendapatkan Dukungan Emosional
Dalam mengatasi burnout, memiliki support system adalah kuncinya. Ketika kamu merasa stres atau kelelahan, memiliki orang-orang yang dapat kamu andalkan untuk berbagi masalah dan mendengarkan tanpa menghakimi dapat sangat membantu. Cara mengatasi burnout ini terbukti efektif karena mendapat emosional dari orang lain dapat memberimu perspektif baru dalam menghadapi masalah dan bahkan menemukan solusi terbaik untuk mengatasinya. Kamu tidak akan pernah merasa sendiri dalam menghadapi stres yang berlebih dan burnout.
Bekerja dari Coworking Space Dapat Atasi Burnout
Kondisi burnout sering dialami oleh mereka yang bekerja dari rumah atau working from home. Pasalnya, bekerja dari rumah membuat seseorang kurang berinteraksi dengan orang lain yang menyebabkan terjadinya isolasi sosial dan tidak adanya support system. Coworking space menjadi jawaban terbaik atas masalah ini, karena di sini kamu bisa bekerja, bertemu, dan berinteraksi dengan orang-orang baru.
Coworking space belakangan ini menjadi pilihan bagi banyak orang yang ingin bekerja dengan suasana baru, terlebih lagi setelah pandemi COVID-19 dan terutama bagi mereka yang lebih sering bekerja dari rumah atau working from home (wfh).
Menurut GoWork, coworking space merupakan suatu area terbuka yang dimanfaatkan oleh para pekerja dengan gaya komunal atau modern. Biasanya, tempat ini memiliki meja-meja panjang dan kursi yang nyaman untuk duduk berjam-jam selama menyelesaikan pekerjaan. Letak coworking space juga sangat strategis, yaitu di pusat bisnis serta dilengkapi dengan beragam fasilitas yang menunjang produktivitasmu.
Bagi kamu yang sudah mulai jenuh dan ingin bertemu dengan orang-orang baru, kamu bisa mencoba coworking space di GoWork. GoWork menyediakan ruang kerja dan sewa ruang kantor dengan fasilitas premium yang tersedia di berbagai kota besar di Indonesia. Penasaran dengan fasilitas apa saja yang di sini dan di mana saja lokasinya? Langsung saja kunjungi website GoWork di https://go-work.com/.
Sumber:
Center for Disease Control and Prevention. (2023). How Does Social Connectedness Affect Health?. Diakses dari https://www.cdc.gov/emotional-wellbeing/social-connectedness/affect-health.htm
Wilson, Susan M. (2011). Avoid the Burn. Diakses dari https://www.apa.org/gradpsych/2011/03/corner