Mencari Titik Tengah Antara Passion Profesional dan Personal

Mencari Titik Tengah Antara Passion Profesional dan Personal

Banyak orang mengenali saya lewat dunia Yoga, baik sebagai instruktur, pengisi acara komunitas, maupun dari wellness trips yang saya jalankan lewat The Good Karma. Dengan pengalaman saya di Yoga, banyak yang tidak menyadari bahwa olahraga ini bukan pekerjaan utama saya. Di balik itu semua, saya menekuni karier penuh waktu sebagai seorang Business Development Manager di Cove, sebuah perusahaan co-living yang tengah berkembang di Asia Pasifik. 

Bagaimana cara mengembangkan passion personal selagi bekerja?

Dalam mengembangkan passion personal di samping pekerjaan utama, tantangan utamanya sebenarnya bukan dalam membagi waktu atau mencari modal, tapi bagaimana cara untuk bisa benar-benar memulai. Satu hal yang perlu diingat adalah:

"you don’t have to wait until everything feels perfect to start."

Mengembangkan passion pribadi tidak mengharuskan keberadaan modal yang besar dan waktu yang sepenuhnya luang, tetapi lebih kepada ide yang kreatif bersama inovasi. Saya memulai mengembangkan passion personal saya di bidang Yoga secara kecil-kecilan.

Ketertarikan untuk menekuni Yoga di samping pekerjaan utama bermula pada tahun 2021, tepatnya ketika saya mengikuti webinar dari sebuah sekolah Yoga dari London. Beberapa minggu setelahnya, saya mendapatkan informasi terkait beasiswa Yoga Teacher Training dari sekolah tersebut yang akan dilaksanakan di Bali. Setelah mencoba peruntungan dengan mengirimkan esai sebagai bentuk pendaftaran, ternyata saya diterima sebagai peserta beasiswa! Akhirnya saya meninggalkan pekerjaan tetap saya pada saat itu, dan berlatih di Bali selama hampir empat minggu. Setelah berhasil mengantongi sertifikat RYT 200hrs, saya menyadari bahwa perjalanan saya bisa lebih luas dari menjadi seorang instruktur Yoga.

Yoga Teacher Training di Bali

The Good Karma merupakan passion project yang saya bangun pada tahun 2022 dari cita-cita untuk meluncurkan merek pakaian Yoga. Tapi kondisi berkata lain, saya terkena layoff dari pekerjaan tetap saya pada saat itu. Dengan tidak adanya stabilitas ekonomi, saya mencoba untuk sedikit membelokan setir The Good Karma ke aspek “wellness” yang lain, yang tidak membutuhkan banyak modal produksi. Saya akhirnya memutuskan untuk memulai podcast mengenai self development dan wellness, hal yang juga menjadi bagian penting dalam Yoga.

Rencana ini menjadi jalur yang paling memungkinkan pada saat itu. The Good Karma menjadi cara saya menyalurkan overthinking, kesedihan, dan perkembangan diri pasca-layoff, sekaligus menjadikannya memento untuk anak-anak saya di masa depan kala hidup sedang berat.

Beberapa bulan kemudian, perjalanan sebagai job seeker akhirnya rampung dan saya diterima untuk bekerja di Cove sebagai Business Development Executive. Kembali memiliki pekerjaan tetap di industri yang saya gemari, stabilitas, dan ruang kerja yang suportif kembali memacu semangat saya untuk tidak hanya mengembangkan karier di Cove, tapi juga The Good Karma secara lebih luas. 

Dengan ritme ini, The Good Karma bisa berkembang dari podcast ke ruang komunitas wellness yang lebih besar, membantu orang-orang yang sudah layaknya keluarga ini untuk mengingat betapa pentingnya meluangkan waktu untuk kembali berinteraksi dengan diri sendiri, alam, dan sesama. Kini, The Good Karma sudah menjadi wadah untuk berbagai aktivitas komunitas Yoga dan trip wellness, selagi berkolaborasi dengan merek lokal hingga nama besar seperti Salomon dan Pas Normal Studios. 

Salah satu wellness trip yang dilangsungkan The Good Karma

Membagi 24 Jam untuk banyak prioritas

Sekarang saya punya empat prioritas: karier di Cove, mengajar Yoga di Mood Studios dan Motiv, mengembangkan The Good Karma, dan berolahraga. Memang 24 jam dalam satu hari bisa cukup?

Sejujurnya, terkadang cukup dan terkadang tidak. Namun bagi saya, membagi waktu dengan efektif tidak melulu soal manajemen waktu yang ketat, tapi lebih kepada manajemen energi yang baik. Saya biasa memulai hari dengan berolahraga, baik berlari, self practice, mengajar Yoga, atau pergi ke gym sebagai aktivitas yang membuat tubuh dan mental lebih segar. Setelah itu, kondisi saya menjadi sangat prima untuk lanjut pergi ke kantor dan bekerja dengan fokus penuh sampai pukul 6. 

Sesampainya di rumah, saya akan menggunakan waktu yang tersisa untuk melanjutkan inovasi dan apa yang menjadi homework The Good Karma, di mana aktivitas ini lebih santai dibandingkan sebelum-sebelumnya. 

Ketika energi dialokasikan dengan baik, kita bisa memberikan versi diri yang terbaik untuk setiap kegiatan yang kita jalani. Namun, penting diingat juga bahwa rutinitas ini tidak selalu bisa rutin saya jalani setiap hari. Ada hari-hari yang saya merasa lelah, tidak termotivasi, atau ada kegiatan yang membutuhkan lebih banyak waktu dari biasanya. Dalam manajemen energi yang baik, ada satu hal yang juga menjadi amat penting: tahu kapan harus istirahat. 

Iring-iringan karier dan passion pribadi

Bagi saya, passion menjadi bahan bakar dari semua aktivitas yang saya lakukan. Ketika karier dan aktivitas pribadi sama-sama dilandasi oleh passion, semuanya akan mampu untuk berjalan secara beriringan, bahkan saling melengkapi. 

Di Cove, saya menyalurkan passion saya untuk membangun karier dalam menyediakan ruang hunian yang nyaman bagi masyarakat, sementara passion saya di The Good Karma terletak pada membangun komunitas yang mendukung wellness. Dua dunia ini terlihat berbeda secara kasat mata, tapi sebenarnya memiliki benang merah yang sama: membangun sebuah ruang aman untuk terbentuknya komunitas. 

Karier saya di Cove memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan ketertarikan personal saya. Saya mendapatkan kemapanan untuk mengembangkan The Good Karma, serta memanfaatkan kemampuan negosiasi, brand positioning, dan manajemen proyek yang saya terapkan ketika bekerja untuk menghadirkan komunitas yang lebih kuat dan bermanfaat bagi para pesertanya. And now, look where it got us to. 

Di sisi lain, pekerjaan saya yang berfokus di ranah akuisisi properti merupakan industri yang cukup kompetitif. Plus, pekerjaan ini lebih didominasi oleh pria, menuntut saya untuk bekerja lebih keras agar dapat membuktikan kapabilitas diri. Ternyata, kombinasi dari lingkungan profesional yang mendukung dan aktivitas yang saya lakukan di luar kantor membantu menjaga mental state serta energi saya untuk tetap seimbang dan maksimal.

Momen signing salah satu properti Cove di SCBD, Cove Rumah Rajasa

Dengan keseimbangan ini, saya berhasil beranjak dari posisi Executive ke Manager hanya dalam waktu kurang dari 2 tahun, mengakuisisi sekitar 24 properti Cove yang sejumlah dari kalian tinggali saat ini. Cove Amartha, properti kami di Antasari yang memiliki 8 lantai, menjadi salah satu portfolio terbaik saya dengan occupancy rate yang selalu stabil di atas 80 persen. 

Ketika kita mampu membuat semua kegiatan kita saling melengkapi dan bukan berkompetisi, perlahan semuanya akan tumbuh secara beriringan, tanpa ada yang tertinggal.

The key lies in working hard, and playing hard. 

Pengalaman saya dalam menjalankan passion profesional dan personal bisa dirangkum dalam satu kata: balance. Balance bisa terjadi bukan ketika kita selalu membagi semua kegiatan dalam porsi yang sama, tapi bagaimana kita bisa hidup tanpa mengorbankan kebutuhan yang esensial versi masing-masing. Akan ada masa di mana satu kegiatan akan lebih besar porsinya dari yang lain, ada yang lebih kecil, ada yang sangat kecil, namun yang penting semuanya bisa muat di satu ‘piring’ milik diri kita.

So, don’t lose yourself in the hustle. 

Ditulis oleh Novi Sri
Business Development Manager at Cove
Founder of The Good Karma
RYT 200hrs